Connect with us

Berita

Suciwati di Aksi Kamisan: Kasus Munir Belum Tuntas, Publik Tak Boleh Lelah

Published

on

Jakarta — Aksi Kamisan ke-876 kembali digelar di depan Istana Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (4/9). Ribuan peserta hadir dengan pakaian hitam dan payung hitam, simbol duka sekaligus perlawanan terhadap praktik pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang belum pernah tuntas.

Momentum aksi pekan ini bertepatan dengan 21 tahun wafatnya aktivis HAM Munir Said Thalib, yang tewas diracun dalam penerbangan menuju Belanda pada 7 September 2004.

Di antara barisan peserta aksi, hadir juga istri almarhum Munir, Suciwati. Ia menegaskan bahwa Aksi Kamisan bukanlah sekadar rutinitas, melainkan ruang moral untuk terus mengingatkan negara bahwa kasus Munir dan berbagai pelanggaran HAM berat lainnya belum terselesaikan.

“Sebetulnya tidak ada yang berbeda dari yang terbiasa, tapi memang selalu ada momen-momen yang mau kita angkat. Karena ini bertepatan dengan 21 tahun wafatnya Munir, pasti teman-teman lebih banyak datang. Minggu lalu pun aksi juga tetap berjalan, dan Kamisan akan terus ada,” ujar Suciwati di lokasi aksi, Jakarta, Kamis (18/9/2025)

Menurutnya, konsistensi publik dalam hadir di Aksi Kamisan menjadi bukti nyata bahwa masyarakat tidak pernah melupakan janji-janji negara.

“Munir adalah simbol perjuangan. Kalau negara gagal menuntaskan kasus Munir, jangan harap rakyat kecil bisa mendapat keadilan. Karena itu, aksi ini akan terus berlangsung sampai ada kejelasan hukum,” tegasnya.

Sejak digelar pertama kali pada 2007, Aksi Kamisan telah menjadi ruang perjuangan keluarga korban dan masyarakat sipil untuk melawan impunitas. Lebih dari 18 tahun berjalan, aksi ini tetap hadir setiap pekan, menegaskan bahwa publik tidak pernah lelah bersuara.

Harapan kepada Negara

Suciwati mendesak pemerintah agar tidak lagi berhenti pada retorika. Menurutnya, penyelesaian kasus Munir dan berbagai pelanggaran HAM berat lainnya adalah ujian moral bagi setiap rezim yang berkuasa.

“Pemerintah selalu berjanji, tapi janji itu berhenti di kata-kata. Yang kita tuntut bukan hanya pengakuan, tapi tindakan nyata. Siapa pun dalang intelektual pembunuhan Munir harus diadili,” katanya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

KontraS Prihatin Menyempitnya Ruang Sipil, 44 Aduan Orang Hilang Masuk Posko

Published

on

By

Jakarta – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyampaikan keprihatinan atas kondisi ruang sipil yang semakin terbatas pasca aksi unjuk rasa di Jakarta. Wakil Koordinator Bidang Eksternal KontraS, Andrie Yunus, menilai pola penangkapan dan perlakuan represif yang terjadi justru mempersempit partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pendapat.

“Penangkapan besar-besaran dan perlakuan represif justru mempersempit ruang sipil. Situasi ini menunjukkan perlunya perhatian serius negara agar praktik pelanggaran HAM tidak dibiarkan berulang,” ujar Andrie Yunus, belum lama ini.

Sejak membuka posko pengaduan pada 31 Agustus 2025, KontraS telah menerima 44 laporan dugaan orang hilang. Dari jumlah itu, tiga orang aktivis hingga kini masih belum ditemukan.

Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, menjelaskan ketiga nama tersebut yakni Reno Syahputradewo dan Muhammad Farhan Hamid yang terakhir terlihat di sekitar Mako Brimob, Kwitang, serta Bima Permana Putra yang dilaporkan hilang di kawasan Glodok, Jakarta Barat.

“KontraS telah membuka posko aduan sejak 31 Agustus. Hingga kini terkumpul 44 aduan, dan tiga orang masih belum ditemukan keberadaannya,” terang Dimas.

KontraS mendorong Komnas HAM untuk segera melakukan penyelidikan menyeluruh dan memastikan negara hadir dalam menjamin keamanan serta hak warga negara yang menggunakan kebebasan berekspresi di ruang publik.

Continue Reading

Berita

Dorong Perubahan Sosial, Aisyiyah Jakbar Fokus Pengembangan Pendidikan dan Ketahanan Keluarga

Published

on

By

Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban yang penuh tantangan, Pengurus Daerah ‘Aisyiyah Jakarta Barat tampil sebagai pelopor pemberdayaan perempuan dan penggerak pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Dengan semangat yang tak pernah pudar, organisasi ini menempatkan dua isu strategis sebagai fokus utama: meningkatkan akses pendidikan berkualitas dan memperkuat ketahanan pangan keluarga.

Langkah ini bukan sekadar respons terhadap dinamika sosial-ekonomi, tetapi juga wujud nyata dari komitmen ‘Aisyiyah untuk menciptakan perubahan yang bermakna di tengah masyarakat.

Sebagai bagian dari gerakan perempuan Muhammadiyah yang telah berdiri sejak 1917, ‘Aisyiyah Jakarta Barat mewarisi semangat panjang dalam menjalankan dakwah, pendidikan, dan aksi sosial yang berpijak pada kebutuhan masyarakat.

Berakar pada nilai-nilai Islam yang progresif, organisasi ini terus menghidupkan misi “amar makruf nahi mungkar” melalui inisiatif-inisiatif yang menyentuh akar persoalan, seperti ketimpangan akses pendidikan dan kerentanan ekonomi keluarga.

Di Jakarta Barat, semangat ini terwujud dalam berbagai program nyata yang dirancang untuk memberdayakan perempuan, memperkuat keluarga, dan membangun komunitas yang lebih tangguh.

Pendidikan: Fondasi Perubahan yang Berkelanjutan

“Pendidikan bukan hanya alat untuk mengubah nasib individu, tetapi juga jembatan menuju masyarakat yang cerdas dan berkeadaban,” ujar Hj. Syarifah, salah satu tokoh pengurus ‘Aisyiyah Jakarta Barat, dalam sebuah acara di Jakarta, Senin (4/8/2025).

Pernyataan ini mencerminkan keyakinan kuat organisasi bahwa pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka peluang yang lebih luas bagi generasi mendatang.

Untuk mewujudkan visi ini, ‘Aisyiyah Jakarta Barat telah meluncurkan berbagai inisiatif pendidikan yang inklusif.

Program beasiswa untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu menjadi salah satu andalan, memastikan bahwa tidak ada anak yang terhambat mengejar mimpinya hanya karena keterbatasan ekonomi.

Selain itu, pendirian dan pengelolaan lembaga pendidikan formal dan nonformal, seperti taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan kursus keterampilan, menjadi wujud nyata dari komitmen mereka.

Program ini tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga perempuan dewasa yang ingin meningkatkan kapasitas diri melalui pelatihan literasi, kewirausahaan, dan teknologi.

“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Kami ingin setiap keluarga di Jakarta Barat memiliki akses ke pendidikan yang bermutu, sehingga mereka bisa mandiri dan berkontribusi bagi lingkungannya,” tambah Hj. Syarifah dengan penuh semangat.

Ketahanan Pangan: Benteng Keluarga di Tengah Krisis

Di samping pendidikan, ‘Aisyiyah Jakarta Barat juga menempatkan ketahanan pangan sebagai pilar utama pemberdayaan keluarga.

Di tengah tantangan urban seperti kenaikan harga pangan dan terbatasnya lahan, organisasi ini mengambil langkah inovatif untuk memastikan keluarga tetap mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Program ketahanan pangan yang mereka gulirkan tidak hanya berfokus pada penyediaan pangan, tetapi juga pada peningkatan kapasitas keluarga untuk memproduksi dan mengelola sumber daya pangan secara mandiri.

Salah satu inisiatif unggulan adalah pelatihan berkebun urban, yang mengajarkan warga untuk memanfaatkan lahan sempit di perkotaan untuk menanam sayur-sayuran, rempah, hingga tanaman obat keluarga.

“Kami ingin setiap keluarga memiliki ‘kebun kecil’ di rumahnya, entah itu di pekarangan atau melalui sistem hidroponik. Ini bukan hanya soal pangan, tetapi juga soal kemandirian,” jelas Hj. Syarifah.

Selain itu, ‘Aisyiyah juga mengadakan pelatihan pengolahan bahan pangan lokal, seperti membuat makanan sehat dari bahan sederhana, serta edukasi gizi untuk memastikan keluarga mendapatkan asupan yang seimbang.

Program ini tidak hanya memberi dampak pada tingkat rumah tangga, tetapi juga mendorong kewirausahaan.

Banyak ibu rumah tangga yang, setelah mengikuti pelatihan, mulai menjual produk olahan pangan seperti keripik, sambal, atau makanan ringan berbahan lokal. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat ekonomi keluarga, tetapi juga membangun jaringan solidaritas antarwarga.

Sinergi untuk Dampak Lebih Besar

Keberhasilan program-program ‘Aisyiyah Jakarta Barat tidak lepas dari kolaborasi yang kuat dengan berbagai pihak. Pemerintah daerah, komunitas lokal, hingga sektor swasta dilibatkan untuk memastikan keberlanjutan inisiatif ini.

Di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sinergi antara organisasi masyarakat sipil seperti ‘Aisyiyah dan pemerintah menjadi semakin krusial untuk menjawab tantangan sosial yang kompleks, mulai dari kemiskinan hingga ketimpangan akses sumber daya.

Respon positif dari pemerintah daerah terhadap program ‘Aisyiyah menjadi bukti bahwa inisiatif berbasis komunitas memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.

“Kami tidak bekerja sendiri. Kolaborasi dengan berbagai pihak memungkinkan kami menjangkau lebih banyak keluarga dan menciptakan dampak yang lebih luas,” ujar salah satu pengurus lainnya.

Berpijak pada nilai-nilai Islam yang mencerahkan, ‘Aisyiyah Jakarta Barat terus melangkah dengan visi yang jelas: membangun masyarakat yang cerdas, mandiri, dan berkeadaban.

Semangat ini dimulai dari unit terkecil masyarakat—keluarga—dan merembet ke komunitas yang lebih luas. Dengan pendidikan sebagai fondasi dan ketahanan pangan sebagai benteng, ‘Aisyiyah tidak hanya menjawab kebutuhan hari ini, tetapi juga menyiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan masa depan.

Langkah ‘Aisyiyah Jakarta Barat adalah cerminan dari kekuatan perempuan dalam menggerakkan perubahan.

Dari dapur-dapur kecil hingga ruang-ruang pendidikan, mereka terus menyemai harapan, membangun ketangguhan, dan menyalakan cahaya peradaban di tengah masyarakat urban yang dinamis.

Dengan setiap beasiswa yang diberikan, setiap benih yang ditanam, dan setiap keluarga yang diberdayakan, ‘Aisyiyah Jakarta Barat membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang penuh makna.

Continue Reading

Berita

Pernyataan Kontroversial Edi Mulyadi Tuai Kecaman Aliansi Wartawan

Published

on

By

Jakarta – Aliansi Wartawan Online Indonesia (AWOI) menyayangkan pernyataan kontroversial Edi Mulyadi yang dinilai tidak mencerminkan etika seorang wartawan senior.

Pernyataan-pernyataan Edi Mulyadi melalui saluran YouTube pribadinya yang kerap melontarkan istilah-istilah bernada kebencian seperti presiden bekas yang diarahkan kepada mantan Presiden RI Joko Widodo, juga serangan politik kepada Presiden Prabowo Subianto belakangan ini dianggap tidak produktif serta dapat memicu kegaduhan publik.

AWOI menilai bahwa Edi Mulyadi tidak belajar dari pengalaman masa lalunya, terutama saat ia menuai kecaman luas akibat pernyataannya yang menyebut Kalimantan sebagai “tempat jin buang anak.” Pernyataan itu kala itu membakar kemarahan masyarakat Kalimantan dan menjadi sorotan nasional.

“Seharusnya Edi Mulyadi mampu mengambil pelajaran dari insiden tersebut agar lebih berhati-hati dan objektif dalam menyampaikan pendapat, terutama yang berkaitan dengan isu-isu politik dan sosial yang sensitif,” ungkap Paris, Ketua AWOI dalam siaran persnya.

AWOI menilai bahwa sebagai wartawan senior, Edi Mulyadi seharusnya menjadi contoh dalam menjaga marwah profesi jurnalis, bukan justru memperkeruh suasana dengan narasi-narasi bernada kebencian, dan provokasi.

“Jangan sampai publik menilai bahwa semua wartawan bisa bersikap sembarangan. Profesi ini punya tanggung jawab besar dalam menjaga kebenaran, integritas, dan persatuan bangsa,” tegas Paris.

Di akhir pernyataannya, AWOI mengajak seluruh masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh opini-opini subyektif yang dibungkus seolah-olah sebagai fakta, terutama jika berasal dari pihak-pihak yang memiliki rekam jejak kontroversial.

Continue Reading

Trending